MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES PENANGANAN MUATAN KIMIA BERBAHAYA DI KAPAL MT. MARINA PROSPERITY

Dalam proses penanganan muatan kimia berbahaya di atas kapal MT. Marina Prosperity, selalu terdapat potensi risiko yang tinggi yang bisa membahayakan keselamatan awak kapal serta menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, penerapan sistem manajemen risiko yang efektif sangat diperlukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai potensi risiko yang muncul dalam penanganan muatan kimia berbahaya, menelaah sejauh mana efektivitas penerapan prosedur yang berlaku, serta melakukan observasi terhadap peran manajemen kapal dan tingkat kompetensi crew dalam pelaksanaan manajemen risiko di atas kapal. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko dalam penanganan muatan kimia di kapal MT. Marina Prosperity terbagi ke dalam tiga aspek utama, yaitu teknis, operasional, dan lingkungan. Dari sisi teknis, risiko meliputi kebocoran pada sistem perpipaan, kerusakan pompa muatan, dan tidak berfungsinya sistem alarm. Di aspek operasional, risiko muncul akibat kelalaian penggunaan Personal Protective Equipment (PPE), kesalahan dalam prosedur operasi dan tank cleaning, serta kurangnya pemahaman terhadap Material Safety Data Sheet (MSDS). Sementara itu, dari sisi lingkungan, potensi pencemaran laut dan udara menjadi risiko serius jika prosedur tidak dijalankan sesuai ketentuan, seperti yang diatur dalam MARPOL Annex II. Evaluasi terhadap efektivitas SOP mengindikasikan bahwa meskipun prosedur telah dirancang dengan baik, implementasinya di lapangan masih menghadapi berbagai kendala, seperti minimnya pelatihan, pengawasan yang belum maksimal, serta pelaksanaan drill yang belum berjalan optimal. Keberhasilan penerapan manajemen risiko sangat dipengaruhi oleh keterlibatan aktif manajemen kapal dan kompetensi crew, yang tercermin melalui proses seleksi awak kapal, pembagian tanggung jawab yang jelas, serta pelaksanaan evaluasi keselamatan secara rutin.